Ujian Nasional

Pagi-pagi sekali, Mang Haji dan Jempoltangan udah nongkrong di warung kopinya Madlani. Mereka sedang sibuk membahas masalah nasional yang sedang gencar diberitakan oleh tv swasta. yaitu mengenai ujian nasional yang di selenggarakan oleh pemerintah untuk tiap-tiap sekolah yang ada di negri ini.

Aneh ya anak jaman sekarang?! kata Mang Haji

Aneh gimana…………?!, tanya jempol tangan

perasaan saya anak2 jaman sekarang malah normal-normal saja, malah anak jaman sekarang itu lebih bahenol nerkom dan lebih manis di bandingkan dengan jaman saya ketika muda! jawab jempol tangan. dasar jempol tangan orang yang suka ngiler lihat daun muda, penilaiannya selalu pada fisik aja.

Untung jempol tangan manusia yang hobi daun muda, coba kalau ulat grayak yang suka memakan padi pasti udah di semprot pake pestisida…….

Ya aneh lah, masa orang pengen pinter kok gak mau di uji?? jawab Mang Haji

Maksudnya?! tanya Jempoltangan masih belum mengerti

Iya, anak2 sekolah jaman sekarang tuh selalu melakukan protes apabila akan dilakukan ujian yang sifatnya membangun. padahal yang bikin ketentuan ujian itu orang yag lebih pintar dari mereka dan pastinya mereka telah memikirkan setiap aspek yang telah mereka putuskan tambah Mang Haji, dengan gaya bahasa tingkat tingginya.

Oh gitu toh maksud kamu?! Jempoltangan baru mengerti maksud ucapan Mang Haji.

Tapi kan yang membuat peraturan itu kan sama saja dengan kita, mereka manusia, yang punya sifat salah…..! debat Jempoltangan, berusaha untuk mematahkan argumen Mang Haji.

betul, mereka juga manusia, kamu sendiri juga tahu, kalau rocker juga manusia……! Mang Haji menjawab sekenanya sambil menyitir salah satu lagu yang terkenal di kalangan anak muda.

terus…..?!  ucap Jempoltangan

mereka pasti punya salah. tapi biasanya kalau orang yang pintar itu sedikit sekali membuat kesalahan dibandingakan dengan kamu yang gak lulus sekolah dasar atau anak-anak yang melakukan protes tentang ujian nasional. tambah Mang Haji.

jadi mereka gak boleh protes ?!! kata Jempoltangan

bukannya gak boleh protes, tapi mbok ya dipikir dulu dengan matang, kalau kapasitas pemikiran mereka itu belum sebanding dengan kapasitas pemikiran orang yang di protes gitu lho maksud saya…….. Mang Haji menambahkan.

sewaktu saya sekolah dulu, tiap pagi sebelum masuk kelas tangan di periksa, kukunya panjang2 gak, kalau panjang di pukul pake kayu. saya nggak protes………..

terus misalnya kalau kita salah kita di pukul oleh guru, orang tua saya juga gak protes…., tapi orang tua jaman sekarang tuh aneh juga, gara-gara anaknya di pukul oleh guru, eh malah guru yang mendidiknya dilaporkan ke polisi, yang katanya melanggar ham……imbuh Mang Haji

terus tentang ujian nasional gimana???? tanya Jempoltangan

ya….. itu tadi, bisanya cuma proteeeesssssssssssss melulu……, padahal salah satu cara untuk mengetahui atau mengukur kemampuan seseorang dalam bidang apapun adalah dengan cara ujian….., ucap Mang Haji

wong ibadah puasa aja di uji dengan godaan.

jadi kesimpulannya ” ujian itu bagus untuk mengukur tingkat kemampuan seseorang” begitu maksud kamu Ji?! Jempol tangan lansung menarik kesimpulan karena bantahannya selalu gagal di depan mata Mang Haji.

tepat sekali, tumben kamu pinter Jepoltangan ucap mang haji sambil berdiri meninggalkan warung di ikuti oleh Jempol tangan.

lho kok, di datangi saya pada pergi………..!! ucap Madlani

Ya iyalah……., habis kamu mendatangi kami sambil kentut…. kompak Mang Haji dan Jempoltangan

Madlani cengengesan menikmati aroma kentutnya yang kelepasan, nggak bisa dia tahan ketika sedang jalan mendekati mereka.

Obrolan Pengangguran

By: centongkaleng

Pagi2 sekali Jempoltangan udah nongkrong di warungnya Madlani, maklum dia gak punya kerjaan tetap.

Pagi mad….! Kata Jempoltangan

Pagi…….jawab Madlani sambil jalan tanpa menoleh sedikitpun pada Madlani, karena dia di panggil istrinya yang cerewetnya minta ampun.

Mad bikinin kopi ya……..!

Tiba2 istrinya Madlani menjawab:

Jangan ngutang ya! Duit buat blanjanya udah habis. Sekalian bayar utang kopi yang kemarin…………….!

Jempoltangan merrem melek aja di tagih sama istrinya Madlani.

Iya mpok nanti saya bayar…..! jawab Jempoltangan.

Klintring2 suara kopi sedang di aduk, aromanya sangat menggugah selera para pecandu kopi.

Padahal kopi yang diseduh adalah kopi kualitas nomer sepuluh, yang banyak campuran jagungnya di banding kopinya, maklum kopi para penganggur yang kantongnya cekak.

Warnijem mendekati Jempoltangan sambil cewawakan mulutnya, menyuruh Madlani supaya mengangkat kasur anak nya untuk di jemur, karena semalam anak bungsunya ngompol.

Madlani angkat tuh sekalian kasurnya, jemur dekat jemuran baju…..!

Ucapannya yang tanpa embel2 aa, atau mas pada suaminya membuat Jempoltangan senyum-senyum sambil berucap dalam hati;

Dasar Warnijem sok cantik, nyuruh suami seenaknya. Gak pake aa atau mas. Coba kalau di cerai nangis tuh….!

Tapi yang namanya pasangan atau jodoh ya nerima aja lagi tuh si Madlani…..!

Kalau saya sih sori2 aja kalau digituin………

Gak seberapa lama datang Mang Haji yang sebenarnya bukan haji dari hasil ibadah ke Makkah tapi kebetulan namanya Hajidar disingkat Haji, Hajidar ini salah seorang petani kahot di desa tempat tinggal mereka.

Assalamu alaikum kata Mang Haji, dengan gaya islaminya, membuat orang yang baru ketemu bisa tertipu dengan gaya bicaranya dan penampilannya seperti haji beneran. Padahal kerjaannya suka ngadu ayam, main kartu dan main judi dadu.

Waalaikum salam serentak Madlani dan Jempoltangan menjawab!

Warnijem bikinin kopi susu satu gelas…..! pesan Mang Haji pada istrinya Madlani.

Iya ji, kata Warnijem sekenanya.

Gimana yah pemerintah kita ini, kok semakin kesini semakin ribut yah…! Buka Mang Haji pada Madlani dan Jempoltangan.

Alah kamu, kok sibuk mikirin Negara sih, mikirin utang sebungkus rokok aja bekas semalam belum beres!! Sambar istrinya Madlani yang cerewet, sambil menyerahkan kopi pesenan Mang Haji.

Jempoltangan dan Madlani ketawa cekakakan mendengar ucapan Warnijem.

Hahahahahaha…………, makanya kalau ngomong sesuai dengan kelasnya dong. Mikir jalan usaha buat sendiri aja gak becus, mikirin Negara lagi….! Ucap Jempoltangan.

Iya tuh, dasar Mang Haji, sok iye, sok pinter timpal Madlani.

Bukan begitu, paling tidak saya kan ikut membayar pancen. Kelit Mang Haji yang gak mau kalah.

Mang Haji gak tahu kalau pancen itu gak masuk kas pemerintah pusat, tapi di gunakan untuk pembangunan desa.

Dan kalaupun masuk pemerintah pusat juga hanya seper sekian persennya, malah mungkin bisa di anggap nol dalam ilmu matematika.

Sementara orang yang bayar pajaknya beribu kali lipat dari Mang Haji, gak begitu menuntut haknya untuk “mengelola” pemerintahan.

Masih gak mau kalah dengan omongan kedua temannya, Mang Haji nyerocos bilang:

Coba kalau harga gabah dinaikan oleh pemerintah, kan…………….

Belum selesai ngomong Madlani udah jawab,

Boro2 naikin harga gabah ji, nurunin harga pupuk aja kaga bisa…….! Vonis Madlani. Dia juga lupa kalau dia sendiri gak bisa ngatur pengeluaran bulanan istrinya. Sampai sampai modal dagangannya tambah susut.

Hahahhaa……., Jempoltangan tertawa dengan renyahnya.

Coba terusin dulu dong Mang Haji ngomong jangan main putus aja!!!  Ucap Jempoltangan berusaha menjadi moderator debat kusir versi warung kopi.

Gini……, kata Mang Haji, di sela helaan nafas kesalnya karena di potong omongannya oleh Madlani.

Coba kalau harga gabah di naikan, sehingga menarik masyarakat pedesaan untuk bercocok tanam padi, karena keuntungannya yang besar. Maka para pemuda desa tentu tidak akan mencari kerja ke kota. Tapi mereka berkecimpung di dunia pertanian. Karena sebagian besar masyarakat kita petani efek dominonya penghasilan masyarakat desa banyak, pengangguran berkurang, gak ada istilah malu jadi petani……., ucap Mang Haji dengan berapi-api, sampai menggunakan istilah efek domino segala. Maklum semalam dia melihat berita bank century yang di duga akan mengakibatkan efek domino apabila tidak segera di tangani.

Baru selesai Mang Haji bicara, istrinya Madlani cewawakan lagi,

Madlaniiiiiiiiiiiiiii……………, gimana sih kok jemuran kasurnya malah basah kena kopi….!!

Makanya kalau kerja yang teliti!!

Pasti gara gara Jempoltangan dan Mang Haji yang ngajak ngobrol suami saya, sampai2 kopinya lupa gak di bawa dan sekarang tumpah mengenai kasur….!

Sambil menelan ludah kecut karena dijadikan kambing hitam, Mang Haji dan Jempoltangan pergi meninggalkan Madlani yang di marahin istrinya.